Minggu, 29 April 2018

Cyber Attack (Juga) Mengincar Perusahaan Pelayaran

Banyak orang tidak mempercayai industri pelayaran rentan terhadap risiko cyber, tapi dengan fakta 90% perdagangan dunia melalui laut, maka industri pelayaran merupakan salah satu target utama serangan cyber.

Dampak risiko cyber sering diremehkan padahal skala kerugian yang ditimbulkan dari serangan cyber cukup luas, termasuk kerusakan fisik properti, cidera tubuh & kerugian reputasi, juga kerugian yang lebih nyata seperti kehilangan data & interupsi bisnis.

Risiko serangan cyber sudah ada sejak ada komputer tetapi tumbuh di akhir abad ke-20 dengan maraknya tehnologi internet dan meluasnya penggunaan jaringan komputer.

Sekarang, kapal yang baru dibangun disertai dengan perangkat lunak untuk menjalankan mesinnya, yang akan updated dari jauh. Sistem cargo yang kompleks juha dikelola secara digital, bahkan crane dioperasikan berdasarkan sistem GPS. Tehnologi infornasi juga digunakan secara luas di sistem navigasi maritim.

Tabahan, semua kapal penumpang atau cargo lebih dari 500GT, dan kapal lebih dari 300GT jika digunakan dalam perdagangan internasional, diharuskan oleh IMO untuk dipasang Automatic Identification System (AIS).

Asuransi mengakui bahwa ancaman ada, tetapi tidak memahaminya. Praktis, asuransi/reas mengecualikan kerugian yang disebabkan oleh serangan cyber dari polisnya & umumnya polis marine insurance, liability dan properti, tidak menjamin risiko cyber.

Lebih spesifik, polis asuransi marine hull mengecualikan jaminan serangan cyber atau kerugian akibat perbuatan jahat orang lain yang melibatkan penggunaan (sistem) komputer atau rusaknya sistem atau fisik peralatan navigasi karena serangan cyber.

Canggihnya serangan cyber tidak seperti pembajakan di masa moderen yang menduduki kapal dengan senjata, tetapi cukup satu orang yang duduk di depan komputer yang dapat mematikan jaringan & rute pelayaran.

Hasil survey "The Fairplay Maritime Cyber Security Survey 2017", yang dilakukan oleh IHS Fairplay, bekerja sama dengan BIMCO & disponsori oleh “Be Cyber Aware At Sea Campaign” menunjukkan bahwa hanya 11.7% serangan yang dilaporkan ke asuransi & hanya 3.3% responden yang menyatakan kerugian tersebut diasuransikan. Dari klaim2 tersebut tidak ada yang dibayar asuransi HM, dan kurang dari 1% diasuransikan ke PNI tapi hanya 1.9% yang memiliki polis spesifik yang menjamin kerugian.

Contoh nyata kerugian yang belum lama ini terjadi adalah serangan cyber terhadap salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia asal Denmark, A.P. Moeller-Maersk, pada tanggal 27 Juni 2017. Serangan virus yang diberi nama Petya saat itu sempat berdampak pada 17 terminal yang dioperatori oleh anak usaha Maersk di pelabuhan AS, India, Spanyol & Belanda.

Pakar masalah serangan cyber dari perusahaan keamanan Denmark menyebutkan serangan cyber terhadap A.P. Moller-Maersk berpotensi mempengaruhi pesanan muatan 82.500 TEU's yang bernilai sekitar USD 67.5 juta. Bagaimana kelanjutan proses klaimnya memang tidak diketahui hingga saat ini.

Bagi yang concern dengan proteksi atas serangan cyber, di market sekarang tersedia jaminan atas cyber attack yang dilekatkan dalam polis asuransi marine, yaitu "Institute Cyber Attack Exclusion Clause (CL380)" & diterbitkan oleh "Institute of London Underwriters (ILU)" pada bulan November 2003.


(Gambar pinjam dari google)





Fraud in Marine Insurance - Kasus "SALEM" (The 'TITANIC' of Maritime Fraud)

Klaim2 penipuan bukan hal yang aneh dalam industri marine insurance.

Salah satu metode yang sering dilakukan & dulu terbilang mudah adalah, jika tertanggung dengan sengaja menenggelamkan kapalnya (istilah di dunia asuransi "scuttling") di tengah laut, maka diharapkan semua bukti fisik insiden akan hilang di dasar laut.

Terkait hal ini, di dunia maritim pernah terjadi penipuan kelas berat yang menyebabkan kerugian masif tidak hanya bagi perusahaan asuransi, tapi juga pemilik barang, yang dikenal dengan kasus "SALEM", diambil dari nama kapal supertanker yang ditenggelamkan pada tahun 1980 di laut Atlantik.

Di masanya, klaim dari Shell International Petroleum Co Ltd, sebagai pemilik barang, merupakan yang terbesar yang pernah diajukan ke Lloyd's London, angka yang terungkap lebih dari USD 56 juta (terdiri atas 69 sindikat & 29 perusahaan).

Karena dampak kerugiannya & jalan ceritanya yang cukup kompleks, kasus ini diberikan predikat sebagai "The World's Largest Maritime Fraud in The 20th Century" oleh Guiness Book of World Record.

Bahkan oleh Hakim Bue, kasus ini digambarkan sebagai "one of the longest, one of the most complex, and one of the most protracted in terms of evidence , arguments and presentations in which I have participated".

Singkat cerita, peristiwa ini bermula ketika Frederick Ed Soudan, dalang dari peristiwa ini, mengajukan pinjaman dari Merca Bank Ltd untuk membeli kapal "SOUTH SUN" yang kemudian diganti namanya menjadi "SALEM". Kapal ini lalu dicharterkan ke perusahaan minyak Italia, Pontoil SA yang kemudian menggunakannya untuk mengangkut minyak yang dibeli dari perusahaan Kuwait Oil Co (Shipper) pada tanggal 27 Desember 1979 & berlayar ke Genoa, Italia. Sehari setelah berlayar, minyak yang dimuat di atas kapal "SALEM" dijual ke Shell dengan nilai USD 56 juta itu tidak dikirim ke Genoa tapi menyimpang ke Durban, Afrika Selatan.

Sebelum tiba di pelabuhan Durban, kapal diganti namanya menjadi "LEMA". Setibanya di Single Buoy Mooring (SBM) Bluff, minyak dibongkar secara ilegal kecuali disisakan sedikit & kemudian tanki kapal diisi dengan ballast water. Kapal "LEMA" kemudian berlayar menuju laut Atlantik & ditenggelamkan di lepas pantai Senegal. Sekira 2 hari setelah kapal diklaim tenggelam, Frederick Soudan mengajukan klaim asuransi kapalnya ke penanggung di Lloyd's London, tapi karena banyak isu yang belum terjawab, Lloyd's meminta bantuan Scotland Yard untuk melakukan investigasi.

Meski akhirnya kasus ini terbongkar & dalang beserta aktor yang melibatkan banyak pihak ditangkap, tapi ironisnya Frederick Soudan yang pada tahun 1985 dihukum 35 tahun penjara berhasil kabur dari penjara federal dengan penjagaan keamanan minimum di Texas pada bulan Mei 1988.

(Dari berbagai sumber)